Dalil Tentang Kewajiban Puasa Dan Hikmahnya
بِسْـــــــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيْمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka,
barang siapa di antara kalian sakit atau berada dalam perjalanan (lalu
berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. Wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya, (jika
mereka tidak berpuasa), membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.
Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati, itulah yang lebih
baik baginya. Berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Oleh
karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa yang sakit
atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari
yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian
mencukupkan bilangan (bulan) itu dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian supaya kalian bersyukur.” [Al-Baqarah:
183-185]
Dalam hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah
satu rukun Islam yang agung dan mulia,
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima
(perkara, pondasi): Syahadat Lâ
Ilâha Illallâh wa Anna
Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa
Ramadhan.”
Juga dalam hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiyallâhu
‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, ketika seorang A’raby bertanya kepada Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam tentang
Islam, beliau bersabda,
خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ : لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ وَصِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُ فَقَالَ : لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ . وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ : لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ . قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ مِنْهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ .
“Shalat lima
waktu (diwajibkan) dalam sehari dan semalam.” Maka, ia berkata, “Apakah ada
kewajiban lain terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali hanya ibadah
sunnah. Juga puasa Ramadhan.” Maka, ia berkata, “Apakah ada kewajiban lain
terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah,” dan
Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam menyebutkan (kewajiban) zakat
terhadapnya. Maka, ia berkata, ‘Apakah ada kewajiban lain terhadapku?’ Beliau
menjawab, ‘Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah.” Kemudian, orang tersebut
pergi seraya berkata, “Demi Allah, saya tidak akan menambah di atas hal ini dan
tidak akan menguranginya.’ Maka, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallambersabda, ‘Ia telah beruntung apabila
jujur.’.”
Selain itu, hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan pula
oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Anas bin Malik radhiyallâhu
‘anhu, dan diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jâbir bin Abdillah radhiyallâhu
‘anhumâ.
Selanjutnya, dalil lain terdapat dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallâhu
‘anhuriwayat Muslim ,dan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, tentang kisah Jibril yang masyhur ketika beliau bertanya
kepada Rasulullahshallallâhu
‘alaihi wa sallam tentang
Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. Ketika ditanya tentang Islam,
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ
وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً.
“Islam adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang berhak
untuk diibadahi kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah,
engkau menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, serta berhaji
ke rumah (Allah) bila engkau sanggup menempuh jalan untuk itu.”
Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa
siapapun yang mengingkari kewajiban puasa dianggap kafir, keluar dari Islam,
dan dianggap telah mengingkari suatu perkara, yang kewajibannya telah dimaklumi
secara darurat dalam syariat Islam.
Seluruh dalil di atas menunjukkan keutamaan puasa yang sangat
besar dan menunjukkan bahwa betapa agung nikmat dan rahmat Allah bagi umat
Islam.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan Rasul-Nya telah menjelaskan
berbagai macam keutamaan puasa secara umum dan keutamaan puasa Ramadhan secara
khusus. Agar kita dapat bersegera dalam hal menggapai rahmat Allah dan
bergembira terhadap karunia dan nikmat-Nya, berikut ini, kami menyebutkan
beberapa keutamaan puasa. Di antaranya adalah:
1. Ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa.
Allah Jalla Tsanâ`uhu menyebutkan sederet orang-orang yang
beramal shalih, yang di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“…Allah telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang
besar.” [Al-Ahzâb:
35]
2.
Puasa adalah tameng terhadap api neraka.
Dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu, Nabishallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَسْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ
أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ امْرُؤٌ صَائِمٌ
“… dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian
berada pada hari puasa, janganlah ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak
mendebat. Kalau orang lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia berkata,
‘Saya sedang berpuasa.’.”
Juga dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu riwayat Imam
Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallambersabda,
الصِّيَامُ
جُنَّةٌ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ
“Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah
seorang dari kalian pada peperangan.”
3. Puasa adalah pemutus syahwat.
Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu
‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu
menikah, hendaklah ia menikah karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan
dan lebih menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia
berpuasa karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.”
4. Orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah.
Hal tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara
sabar terbagi tiga: sabar dalam hal menjalankan ketaatan, sabar dalam hal
meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah. Orang yang
berpuasa telah melakukan tiga jenis kesabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar
dalam hal menjalankan ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar
dalam hal meninggalkan segala hal yang dilarang dan diharamkan dalam
pelaksanaan puasa, serta sabar dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar,
haus, dan kelemahan pada tubuh. Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar
jika orang yang berpuasa mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga
sebagaimana orang yang sabar mendapat pahala seperti itu. Allah Subhânahu
wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang pahala
mereka dicukupkan tanpa batas.” [Az-Zumar: 10]
5. Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan.
a. Ketika berpuka puasa.
b. Ketika Telah tiba ‘Idul Fitri.
6. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada
bau wangian kasturi.
Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu
Hurairahradhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرَ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipatgandakan menjadi
sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali
puasa. Sesungguhnya, (amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan
memberikan pahalanya karena (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan
makanannya karena Aku.’ Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan:
kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesungguhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih
harum di sisi Allah daripada bau kasturi.” (Lafazh hadits adalah milik Imam
Muslim)
7. Puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari
neraka sejauh perjalanan selama tujuh puluh tahun.
Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallâhu
‘anhu riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah,
kecuali, karena (amalannya pada) hari itu, Allah akan menjauhkan wajahnya dari
neraka (sejauh perjalanan) selama tujuh puluh tahun.”
8. Pintu khusus di surga bagi orang-orang yang berpuasa.
Dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu
‘anhumâ riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَدْخُلُونَ مِنْهُ فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya, di surga, ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyân.
Orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada
seorang pun yang melewatinya, kecuali mereka. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang
yang berpuasa?’ Lalu mereka memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka
telah masuk, (pintu) itupun dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang
melaluinya.”
9. Puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa hamba.
Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu
‘anhumâ riwayat
Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِيْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ
وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْىُ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan
tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat, shadaqah, serta amar ma’ruf dan
nahi mungkar.”(Konteks hadits adalah milik Imam Muslim)
Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim, Rasulullahshallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ
مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat lima waktu, (dari) Jum’at ke Jum’at, dan (dari) Ramadhan
ke Ramadhan, adalah penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu
tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.”
Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara
seperti pelanggaran sumpah[1], zhihâr [2],
sebagian amalan haji[3],
pembunuhan Ahludz Dzimmah ‘orang yang berada di bawah
perjanjian’ tanpa sengaja[4],
dan pembunuhan hewan buruan saat ihram[5].
10. Puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke
dalam surga.
Dalam haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu
Hibban, dan lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمُرْنِيْ بِعَمَلٍ أَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ . قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لاَ مِثْلَ لَهُ.
“Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu
amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda,
‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’.”
11. Puasa memberi syafa’at pada hari kiamat.
Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِيْ فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِيْ فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ.
“Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafa’at untuk seorang hamba
pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap makanan dan syahwat
pada siang hari, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’
Al-Qur`an berkata, ‘Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka izinkanlah
saya untuk memberi syafa’at baginya.’ (Beliau) bersabda, ‘Maka, keduanya mendapat
izin untuk mensyafa’ati (hamba) tersebut.’.” (HR. Ahmad, Muhammad bin Nash
Al-Marwazy, Al-Hâkim, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Tamâmul
Minnah hal.
394-395)
12. Pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka
ditutup, serta syaithan dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu
neraka ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu.”
13. orang yang berpuasa pada ramadhan, karena keimanan dan hal
mengharap pahala, dosa-dosanya diampuni.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal
mengharap pahola, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
[1] [Al-Mâ`idah: 89]
[2] [Al-Mujâdilah: 3-4]
[3] [Al-Baqarah: 196]
[4] [An-Nisâ`: 92]
[5] [Al-Mâ`idah: 95]
Komentar
Posting Komentar